Social Icons

Minggu, 05 Maret 2017

Posisi Bangsa Arab dan Kaumnya

ilustrasi gambar: kisahislam.net

A. Posisi Jazirah Arab
Kata ‘Arab mengandung makna padang pasir, tanah gundul dan gersang tanpa air yang tidak bisa ditumbuhi tanaman.
Perbatasan jazirah Arab:

  • Barat : Laut Merah dan Gurun Sinai
  • Timur : Teluk Arab dan bagian selatan wilayah Irak
  • Selatan : Laut Arab yang membentang sampai Laut India
  • Utara : Syam dan sebagian wilayah Irak
Sisi barat laut merupakan pintu masuk ke benua Afrika. Sisi timur laut adalah pintu masuk ke benua Eropa. Sisi timur adalah pintu masuk bnagsa-bangsa non-Arab yang berbatasan dengan wilayah Asia Tengah, Asia Selatan, dan Timur Jauh. Lautan setiap benua menyambung dengan Jazirah Arab sehingga setiap kapal yang berlayar pasti akan melewati pelabuhan Jazirah Arab.

Berkat posisi geografisnya, bagian utara dan selatan menjadi tempat bertemunya berbagai bangsa, dan selanjutnya menjadi pusat pertukaran dagang, budaya, agama, dan seni.


B. Struktur Masyarakat Arab
Dilihat dari silsilah dan asal-muasalnya, bangsa Arab digolongkan menjadi tiga macam:
  1. Arab Baidah, yaitu bangsa Arab paling kuno yang telah punah, misalnya Ad, Tsamud, Thasm, Jadis, Imlaq, Umaim, Jurhum, Hadur, Wabar, Abil, Jasim, dan Hadramaut.
  2. Arab Aribah, yaitu bangsa Arab keturunan Yasyjub ibn Ya’rub ibn Qahthan, disebut juga Arab Qahthaniyah.
  3. Arab Musta’ribah, yaitu bangsa Arab yang berasal dari keturunan Nabi Ismail, disebut juga Arab Adnaniyah.
Bangsa Arab Aribah memiliki dua kabilah yang terkenal, yaitu Himyar ibn Saba’ dan Kahlan ibn Saba’. Suku-suku terkemuka dari kabilah Himyar yaitu Qudha’ah, Sakasik, dan Zaid al-Jumhur. Suku-suku terkemuka dari kabilah Kahlan yaitu Hamdan, al-Han, al-Asy’ar, Wathi, Madhij, Lakhm, Judzam, Amilah, Khaulan, Ma’afir, Anmar, dan al-Azd. Keturunan Kahlan banyak yang meninggalkan Yaman dan menyebar ke seluruh jazirah.

Bangsa Arab Musta’ribah, moyang mereka adalah Nabi Ibrahim. Mereka berasal dari Irak dari sebuah kota bernama Urr yang berada di tepi barat sungai Eufrat dekat Kufah. Nabi Ibrahim berhijrah dari Irak ke Haran ata Harran dilanjutkan ke Palestina.

Nabi Ibrahim beristrikan Sarah dan Hajar. Hajar melahirkan putra, yaitu Ismail. Nabi Ibrahim mengajak Hajar dan Ismail yang masih bayi ke Hijaz. Hajar dan Ismail pun ditinggalkan di sana di sebuah lembah gersang dekat Baitul Haram. Mereka ditempatkan di sebuah tenda di atas sumur zamzam di bagian atas masjid. Nabi Ibrahim menaruh sebuah geriba berisi kurma dan sebuah wadah kulit berisi air di dekat keduanya sebelum kembali ke Palestina.

Beberapa waktu setelah itu, datanglah satu kabilah dari Yaman, yakni Jurhum Kedua. Mereka akhirnya tinggal di Mekah dengan seizin Sarah.

Nabi Ibrahim beberapa kali berkunjung ke Mekah untuk menengok Hajar dan Ismail. Ismail menikah dengan salah satu anak gadis dari kabilah Jurhum. Tak lama setelah Ismail menikah, Hajar meninggal. Pada sebuah kunjungan, Nabi Ibrahim mendapati istri Ismail sebagai seorang yang suka mengeluh sehingga Ismail menitip pesan untuk disampaikan kepada Ismail agar ia mengganti pintu rumahnya. Permintaan itu merupakan kiasan agar Ismail menceraikan istrinya tersebut.

Ismail pun menceraikan istrinya tersebut, kemudian menikah lagi dengan anak perempuan dari Mudhadh ibn Amr, salah seorang pemuka kabilah Jurhum. Dari pernikahan tersebut, Allah mengaruniai Ismail dua belas anak: Nabit atau Nabayuth, Qaidar, Adbail, Mibsyam, Misyma’, Dauma, Misya, Hadad, Taima, Yathur, Nafis, dan Qaiduman.

Anak-anak Ismail berkembang menjadi dua belas kabilah. Namun, hanya dua kabilah yang bertahan, yaitu Nabit dan Qaidar. Peradaban Anbath (keturunan Nabit) berkembang pesat di bagian utara jazirah. Kabilah Nabithiyah ini membangun sebuah negeri yang kuat dengan ibukota al-Batra, kota kuno bersejarah di bagian selatan Yordania. Raja-raja Ghassan dan golongan Anshar, baik kabilah Aus maupun Khazraj, berasal dari keturunan Nabit ini.

Kabilah Qaibar menetap di Mekah. Salah satu keturunannya yaitu Adnan yang merupakan kakek ke-21 di silsilah Nabi Muhammad. Adnan memiliki putra bernama Ma’ad. Nizar, putra dari Ma’ad, memiliki 4 anak yang berkembang menjaddi 4 kabilah besar: Iyad, Anmar, Rabi’ah, dan Mudhar.

Kabilah Mudhar berkembang menjadi dua suku besar, yaitu Qais Ailan ibn Mudhar dan Ilyas ibn Mudhar. Dari Qais Ailan berkembang menjadi Bani Sulaim, Bani Hawazin, Bani Tsaqif, Bani Sha’sha’ah, Bani Ghathafan.

Dari Ilyas ibn Mudhar berkembang beberapa suku, yaitu Tamim ibn Murrah, Hudzail ibn Mudrikah, Bani Asad ibn Kuzaimah, dan Kinanah ibn Kuzaimah. Dari Kinanah berkembang menjadi Quraisy, yaitu anak dari Fihr ibn Malik ibn Nadhar ibn Kinanah.

Suku Quraisy terpecah menjadi beberapa kabilah dan yang paling terkenal adalah Jumah, Sahm, Adi, Makhzum, Taim, dan Zuhrah. Suku dari Qushay ibn Kilab adalah Abdud Dar ibn Qushay, Asad ibn Abdil Uzzaibn Qushay dan Abdul Manaf ibn Qushay.

Abdul Manaf
memiliki empat putra terpandang, yaitu Abdusy Syams, Naufal, Muththalib, dan Hasyim. Hasyim berputra Abdul Muththalib. Abdul Muththalib berputra Abdullah, yang merupakan ayah Nabi Muhammad




***

Tulisan selanjutnya: Kekuasaan dan Pemerintahan di Arab

***
Sumber: diringkas dari kitab Ar-Rahiqul Makhtum (Sirah Nabawiyah) karya Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury.




 
Blogger Templates